Jumat, 30 September 2011

Teknik Kreatif Pemanfaatan Keterbatasan Lahan

Oleh : ICHSAN KURNIAWAN
 
Pekarangan merupakan lahan terbuka yang terdapat di sekitar tempat tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik, nyaman dan sehat serta menimbulkan kebetahan bagi empunya rumah. Selain itu pemanfaatan yang optimal walaupun sebagai manifestasi penyaluran hobi akan mendatangkan beragam keuntungan. Untuk pemenuhan kebutuhan dapur sehari-hari, estetika, hobi bahkan untuk keuntungan materil yang komersil, penanaman pekarangan dapat dilakukan. Selain itu hal ini tak lain dan tak bukan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kemandirian masyarakat tani dengan pemberdayaan potensi yang ada termasuk pekarangan.
Lantas, bagaimana apabila lahan pekarangan atau di sekitar rumah sempit, bahkan yang tersisa hanya halaman depan/ belakang yang minim atau juga berupa teras rumah dengan ukuran yang tak seberapa luas yang telah dicor dengan semen. Lalu, dimana dan bagaimana bisa menanam sementara dalam kondisi dalam keterbatasan seperti ini.
Ada beberapa teknik yang dapat dijadikan rujukan dalam pemanfaatan agar tetap produktif di lahan sempit. Talampot dan vertikultur adalah dua diantaranya yang dapat dipedomani. Teknik ini bisa menjadi solusi dalam masalah keterbatasan lahan.

1.   Tampot/ Talampot
Tampot/ talampot dalam aplikasinya merupakan istilah untuk penanaman ragam tanaman termasuk hortikultura yang dilakukan dalam pot. Hal ini memang sudah akrab sejak lama. Selain tanaman hias, beberapa tahun silam misalnya tabulampot (tanaman buah dalam pot) menjadi trend dengan bermacam komoditi buah seperti mangga, jambu biji, belimbing, jeruk dan lain sebagainya. Bukan hanya sekedar menyalurkan hobi atau pemenuhan kebutuhan buah di rumah, namun tak jarang hasil tabulampot juga menjadi penambah penghasilan (dijual).
Foto by Ichsan Kurniawan
Selain tanaman buah penanaman dalam pot/ polybag dengan komoditi sayuran juga kerap dilakukan. Paling tidak demi mencukupi kebutuhan dapur rumah tangga. Jenis sayuran yang dapat ditanam di pot atau polybag di antaranya bawang-bawangan, jahe, seldri, cabe, pakchoy, bayam dan lain-lain.

2.   Vertikultur
Sementara teknik kedua yakni vertikultur yang merupakan tampot/ talampot yang teknis pemposisian pot/ polybag lebih diatur dengan tingkat produktivitas lebih tinggi daripada penanaman di pot biasa untuk lahan sempit. Hal ini dikarenakan adanya pengaturan posisi dari letak pot-pot tanaman secara vertikal agar lebih dapat memuat banyak tanaman pada lahan yang terbatas.
Pada teknis vertikultur selain penggunaan pot, wadah penanaman sayuran juga bisa dilakukan dengan mensubstitusinya dengan paralon atau memanfaatkan barang-barang bekas seperti keranjang, bambu/ betung, kaleng-kaleng bekas biskuit dan bahan lainnya.
Vertikultur sendiri diambil dari bahasa Yunani. Kata “vertical” yang berarti ke atas/ bertingkat dan “culture” yakni bertanam. Jika diartikan sepenuhnya vertikultur adalah penanaman bertingkat/ ke atas. Sebenarnya teknik ini hanya sebagai bentuk pengoptimalan pengusahaan budidaya di tengah lahan yang terbatas.
Beberapa keunggulan dari penerapan teknik ini yaitu tetap bisa produktif meski lahan terbatas, dapat memenuhi kebutuhan pangan tertentu secara mandiri, merangsang kreatifitas dan inovasi serta membuat keindahan tersendiri karena vertikultur mengandung seni pengaturan posisi tanaman agar bisa maksimal. Selain itu yang tak kalah penting, membuat lingkungan yang asri yang konon katanya dapat memberikan sebuah lingkungan terapi (healing) tersendiri dalam hal psikologis.
Teknik ini sendiri sangat fleksibel dan dapat dilakukan siapa saja dengan beragam usia mulai dari anak sekolah sampai usia tua. Keaplikatifannya membuat teknik ini menjadi trend dikalangan perkotaan yang notabene memang mengalami keterbatasan lahan untuk menanam sayuran. Selain itu pemanfaatan ragam barang bekas dapat dilakukan misalnya saja paralon, bambu (betung), bekas minuman gelas dan lain-lain. Pekakas yang dapat digunakan antara lain gergaji, paku linggis dan bor.
Berikut salah satu contoh sederhana pembuatan :
1. Sediakan bambu (untuk lebih sederhana dan bermodal rendah bagi petani) berdiameter 10-15 cm sepanjang 1-2 m
2. Pembatas bagian dalam antar ruas bambu (betung) dilobangi.
3. Buat belahan pada masing-masing ujung yang diberi bahan serupa kayu sebagai tegakan bagi bambu.
5. Buat lobang berdiameter + 2 cm secara bertingkat dan berselangan.
6. Atur jarak sedemikian rupa sehingga kita bisa mendapatkan jarak tanaman yang tak terlalu rapat. Hal ini disesuaikan dengan jenis sayur yang akan kita tanam.
7. Masukkan komposisi media pertanaman.
8. Media juga dapat kita sesuaikan dengan keinginan kita (organik atau konvensional)
8.Tanaman siap ditanam sesuai dengan pilihan kita.
Ctt : kita dapat mengkreasikan jenis dan model pertanaman sesuai dengan selera dan estetika yang kita inginkan

Vertikultur memiliki beberapa varian teknis penerapan di antaranya :
-          Vertiding
-          Vertigar
-          Vertirak
-          Vertitambat
-          Verti gantung
-          Verti keranjang dan
-          Vertikultur dengan talang

Vertiding (vertikultur di dinding) yakni memanfaatkan dinding luar rumah dengan wadah pot. Berbeda sedikit, vertirak (vertikultur rak) memanfaatkan dinding luar namun dengan wadah rak. Teknik ini dapat dilakukan dengan menyusun tiga atau empat baris tanam dalam rak. Rak sendiri dapat mempergunakan bambu, talang air atau paralon sebagai wadah. Selain itu juga teknik vertikultur ini ada yang dimanfaatkan untuk tanaman merambat (vertitambat) dengan memanfaatkan pagar sebagai fasilitas rambat tanaman dengan menjejerkan pot tanaman sejajar dengan pagar.
Pengaturan posisi jarak antar tanaman ke atas bisa diatur sedemikian rupa tergantung tanaman yang ditanam dengan batas ketinggian. Pengaturan ini menjadi seni tersendiri yang akan mendatangkan kesan keindahan dalam tata letaknya.
Pemenuhan kebutuhan pupuk terhadap budidaya skala ini tidaklah sulit. Sampah organik yang berasal dari dapur kita dapat diolah dan dijadikan nutrisi bagi tanaman. Mulai dari air cucian beras, cangkang telur, sisa-sisa sayur dan buah, cucian daging/ ikan dan segala macam sampah organik. Dengan memberdayakan bahan lokal tersebut, kebutuhan akan sarana produksi juga tidaklah menjadi kendala dan menimbulkan biaya yang banyak. Sementara hasilnya untuk kebutuhan dapur juga sudah dapat dinikmati tanpa merogoh kocek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar