Senin, 22 Agustus 2011

Penjual Bakso Pikul Wonogiri Jadi Resto Franchise

Kisah sukses kali ini akan menceritakan seorang pengusaha sukses asal Wonogiri yang telah berhasil mengembangkan usahanya ke berbagai penjuru negeri. Namanya telah masuk ke tokohindonesia.com. Beliau baru saja wafat meninggalkan semangat bagi generasi muda wonogiri untuk terus berjuang dan berkarya untuk mencapai kesuksesan. Simak perjalanan hidup beliau ini.

Nama Lengkap : Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono
Pekerjaan Utama : Pemilik Bakso Lapangan Tembak
Lahir : Wonogiri, Jawa Tengah, 15 Juni 1949
Wafat : Solo, Jawa Tengah, 9 Juli 2011
Agama : Islam
Pendidikan :
  • SMP Solo, 1965 - 1967
  • STM 1 Solo, 1968 - 1970



BIOGRAFI

Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono, lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 15 Juni 1949. Lulusan STM 1 Solo ini pemilik usaha waralaba (franchise) bakso Lapangan Tembak. Dia merintis usahanya dari dari pedagang bakso pikulan hingga menjadi pengusaha franchise dengan 140 restoran di seluruh Indonesia. Dia meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Sabtu 9 Juli 2011, dalam usia 62 tahun.

Widyanto telah memulai usaha sejak kelas 2 SMP tahun 1966 di Solo, menjajakan bakso dengan pikulan berkeliling kota. Setelah tamat STM 1 di Solo, dia pun hijrah ke Jakarta tahun 1971 dengan bekal uang Rp.1.200. Di Jakarta dia langsung dagang bakso keliling. Setiap hari keluar masuk gang memikul angkring bakso. Beberapa tahun kemudian, dia mengganti angkring dengan gerobak dorong. Di siang hari, dia berkeliling dari gang ke gang di kawasan Petamburan, Slipi, Pejompongan dan Gelora Senayan. Lalu pada malam hari, dia mangkal di kawasan Lapangan Tembak Senayan (kini telah berubah menjadi Hotel Mulia).

Masih ingat, kala itu warung bakso Widyanto itu selalu dipenuhi pelanggan sehingga area parkir itu selalu penuh mobil. Bahkan para pelanggan rela makan sambil berdiri atau di dalam mobil masing-masing karena tidak mendapatkan tempat duduk. Para pelanggannya bukan hanya para atlet pelatnas tetapi juga dari berbagai kalangan masyarakat bahkan para pejabat dan tokoh masyarakat berbaur mencicipi baksonya. Bahkan pada tahun 1980-an, Sri Sultan Hamengkuwono IX mengapresiasinya dengan memberi nama Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono.

Kemudian, di Lapangan Tembak itu, Widyanto mendapat pelanggan yang ketagihan dengan baksonya. Maka, sejak 1982 Widyanto akhirnya memutuskan mangkal tiap hari di luar pagar kompleks Lapangan Tembak Senayan. Pelanggannya pun semakin banyak, di antaranya para atlet pelatnas atletik, bulutangkis, renang, dan menembak. Hingga akhirnya, tahun 1983, dia dipersilahkan mendorong gerobak baksonya ke dalam kompleks. Bahkan akhirnya diizinkan membuka warung kecil di lokasi parkir. Sejak itulah bakso ala Jowo itu dikenal masyarakat pelanggan dengan sebutan Bakso Lapangan Tembak Senayan.

Masih ingat, kala itu warung bakso Widyanto itu selalu dipenuhi pelanggan sehingga area parkir itu selalu penuh mobil. Bahkan para pelanggan rela makan sambil berdiri atau di dalam mobil masing-masing karena tidak mendapatkan tempat duduk. Para pelanggannya bukan hanya para atlet pelatnas tetapi juga dari berbagai kalangan masyarakat bahkan para pejabat dan tokoh masyarakat berbaur mencicipi baksonya. Bahkan pada tahun 1980-an, Sri Sultan Hamengkuwono IX mengapresiasinya dengan memberi nama Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono.

Kemudian, Widyanto dimudahkan membuka beberapa gerai di lingkungan Senayan. Selain di halaman Gedung Bulutangkis, dia diizinkan menyewa lahan untuk buka warung bakso di Kelurahan Lapangan Tembak Senayan yang ditempatinya hingga sekarang. Sampai akhirnya, dia pun mengembangkan usaha bakso menjadi waralaba (franchise) Bakso Lapangan Tembak. Sampai akhir hayatnya, Sabtu 9 Juli 2011, usaha baksonya telah mempunyai 140 restoran  (franchise) di seluruh Indonesia.

Penulis: Tian Son Lang | Bio TokohIndonesia.com | ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA

Sumber : TokohIndonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar