Panen raya pengujian padi Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari 13 (Inbrida Padi Irigasi) yang merupakan benih hasil pengujian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, berlangsung di Desa Sekarbagus, Kecamatan Sugio. Dalam kesempatan itu, Bupati Lamongan Fadeli menyerahkan 100 hand traktor senilai Rp 2.502.500.000 kepada kelompok tani di 27 kecamatan se-Kabupaten Lamongan, kemarin (22/9).
Acara panen raya yang dikemas dalam bentuk “temu lapang” dengan menghadirkan sejumlah 300 orang tersebut diharapkan para petani dapat bersuka cita ditengah musim kemarau panjang di beberapa daerah yang diikuti dengan kegagalan panen. Namun di Sugio, dengan menerapkan Inpari 13 petani disana bisa sedikit bernafas lega dan panen bisa dilakukan tanggal 25 mendatang.
Pasalnya dengan Inpari 13, seperti yang dijelaskan Sudarmaji Purnomo Kepala dari Balai Penguji BPTP Jatim, saat menyampaikan laporan uji coba varietas tersebut, banyak sekali kelebihannya. Antara lain, rata-rata produksi 6,50 ton/ha dengan potensi hasil 8 ton/ha tanah disawah tadah hujan atau lahan kering dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl, tahan terhadap serangan hama wereng batang coklat serta memiliki tingkat gagal panen akibat rontok yang lebih kecil.
Inpari banyak sekali macamnya. Mulai dari Inpari 1, 2, 3, dan sampai 13. Dari banyaknya macam Inpari merupakan “perkembangan” dari hasil uji coba sebelumnya dan paling tinggi adalah Inpari 13. Selain Inpari, lanjut dia, ada juga Inpara yaitu Inhibrida Padi Rawa yang cocok di tanam di daerah berawa. “Petani bisa menentukan sendiri jenisnya dengan dibantu petugas lapangan,” kata dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan Mustakim Arif menambahkan, sawah seluas 310 hektar yang dikelola oleh kelompok tani Sari Rukun yang ketuai oleh Nasirin tersebut diakuinya telah berhasil menerapkan berbagai Inpari yang dibawa penyuluh di Desa Sekarbagus Sugio. Mereka bisa panen 8,5 ton gabah kering/ha. Dengan harga beras dipasaran Rp 4.300 – Rp 4.500/kg jika 1 hektar-nya menghasilkan 8,5 ton maka petani bisa mendapat bersih Rp 25 juta setelah dikurangi ongkos rawat sekitar Rp 9 juta. “Itu sama dengan gaji Kepala Dinas 5 bulan,” kelakarnya.
Secara terpisah Fadeli mengungkapkan, sebenarnya petani jangan diberikan suatu pilihan varietas terlebih jika mereka katakanlah gaptek, tapi berilah mereka informasi yang tegas. “Misalkan daerah ini cocok dengan Inpari 10 ya katakan untuk menggunakan Inpari 10 itu. Jangan disuruh memilih, selain bingung, jika gagal panen petani juga yang akan rugi,” terangnya.
Dia menambahkan, petani jangan sampai salah pilih. Mana varietas terbaik bisa menjadi panutan petani lain. Tidak hanya memilih varietasnya saja tapi juga perhatikan pemupukannya. Terkait bantuan hand traktor, Bupati menyampaikan kepada petani pergunakan dengan sebaik-baiknya, jadi kita tidak semata-mata mengandalkan tenaga manusia tapi sedikit harus ada sentuhan peralatan modern. “Dengan tenaga sedikit menghasilkan maksimal,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar