Kamis, 01 September 2011

Beternak Ayam Kampung Secara Intensif

Pada umumnya ayam kampung dipelihara oleh masyarakat secara ala kadarnya dan tidak mempertimbangkan produktivitas dan nilai ekonomis. Hal ini wajar karena sebagian besar memelihara ayam kampung hanya sekedar untuk mengisi waktu luang atau sekedar hobi saja. Alhasil cara pemeliharaan, kebutuhan nutrisi dan perkandangan juga tidak terlalu diperhatikan dengan baik. Cara beternak seperti ini tentu tidak bisa diandalkan jika beternak ayam kampung akan dijadikan sebagai sumber penghasilan keluarga.



Potensi bisnis ayam kampung terutama untuk usaha kecil dan menengah sebenarnya cukup baik, jika dikelola dengan baik dan menerapkan kaidah-kaidah usaha. Keuntungan ekonomi merupakan target utama yang harus dihasilkan. Kepuasan peternak akan ditentukan dengan seberapa banyak nilai ekonomi yang dihasilkan dari peternakan yang dijalankan.



Potensi bisnis ayam kampung meliputi dua hal yaitu untuk pemenuhan daging ayam kampung dan pemenuhan telur ayam kampung. Dua tujuan pemeliharaan tersebut harus dikelola dengan benar jika ingin menghasilkan nilai tambah ekonomi.



Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Kampung



1. Penentuan Lokasi

Syarat-syarat lokasi yang dipilih dalam beternak ayam kampung petelur adalah:

1. Lokasi tidak jauh dari pemasaran hasil dan sumber-sumber faktor produksi. Jika keduanya tidak bisa diperoleh secara bersamaan maka yang diutamakan adalah dekat dengan sumber factor produksi. Bila jauh dengan pemasaran, ada kemungkinan pembeli mengambil sendiri ke lokasi peternakan.



2. Lokasi harus jauh dari keramaian, tetapi ada jalur transportasi dan komunikasi. Keramaian akan mengganggu ternak dan sebaliknya. Sedangkan jalur transportasi adalah untuk memudahkan pemasaran hasil dan penyediaan factor produksi.



3. Lokasi seharusnya memenuhi aturan tataguna lahan dari pemerintah daerah setempat. Hal ini perlu karena kawasan akan terus berkembang sesuai dengan peruntukkannya. Jangan sampai peternak memilih lokasi yang peruntukkannya ke depan sebagai pusat perkantoran atau pemukiman.



4. Lokasi hendaknya mempunyai sumber-sumber air bersih yang cukup, tidak di bawah lembah atau di atas bukit.



2. Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan memilih calon indukan yang sejenis, yaitu bentuk badan seragam, besar kecilnya seukuran dan umurnya tidak terpaut jauh. Sebaiknya calon induk telah berumur paling tidak 7 bulan.



Calon bibit tersebut sebaiknya secara turun temurun memiliki sifat-sifat pembawaan yang baik dan sehat, tidak terdapat bagian tubuh yang cacat, berasal dari kelompok atau kawanan ayam yang terpilih, pertumbuhan badannya baik dan hasil telurnya banyak.



Calon bibit yang baik memiliki beberapa sifat yang khas. Di antaranya adalah tingkah lakunya yang gembira, gerakannya kuat dan tangkas, tidak takut didekati orang, suaranya agak ramai apabila didekati dan diberi makan, nafsu makannya baik dan aktif mencari makan sepanjang hari, keluar kandang pagi-pagi dan baru masuk kandang setelah matahari terbenam.



Ayam yang baik untuk bibit juga berbulu mengkilap dan cerah. Ayam yang sehat dan normal dapat ditilik dengan melihat tanda-tanda fisiknya sebagai berikut:

1. Bagian tubuh. Bangun tubuhnya tidak ada kelainan, selaras dan sesuai dengan jenis ayamnya.



2. Pertulangan. Tulang harus kuat dan normal.



3. Perototan. Otot gempal, padat, berisi dan tidak berlemak. Ini dapat diperkirakan dengan meraba tulang dada dan paha. Cara ini juga dapat digunakan untuk menafsirkan keadaan umum tubuh, kesehatan dan gaya hidup ayam yang bersangkutan.



4. Kulit. Keadaan kulit bila diraba terasa lembut, agak basah, dan tidak ada bagian yang rusak atau cacat. Warnanya segar agak mengkilap.



5. Bulu. Bentuk bulu mencerminkan keadaan kulit, kesehatan dan gaya hidup ayam bersangkutan. Bulu ayam yang halus letaknya teratur pada tubuh, menghimpit rapat seolah-olah tidak ada ruang kosong diantara bulu-bulu tersebut. Bentuk dan besar bulu harus sesuai dengan jenis puspa ragam dari jenis ayam bersangkutan. Semakin mengkilap maka semakin kuat dan sehat ayam bersangkutan.



6. Suhu badan. Suhu badan normal, sekitar 41-42 oC.



7. Berat badan. Berat badan harus sesuai dengan jenis ayam bersangkutan.



8. Kepala. Kepala berbentuk bulat panjang, tidak terlalu gepeng dan berbangun kasar. Jengger kokoh dan kuat, tidak tipis dan tidak terlalu besar. Warnanya merah menyala, agak mengkilap. Bila dipegang terasa hangat, lentur dan berjaringan halus. Gelang kuping dan daun telinga bentuknya bulat panjang atau jorong, warnanya tegas, tidak suram.



9. Mata. Mata berbentuk bulat, agak melotot sedikit, membuka luas kurang lebih di tengah pipi (samping kepala), bebas dari jaringan tubuh yang mengganggu penglihatan. Pemandangan cerah ceria, penuh perhatian, dan gemar melakukan sesuatu. Gelang mata segar, berwarna kuning kemerah-merahan dan tidak lemah. Selaput lender mata jernih, mengkilap, dan selalu basah. Selaput bening mata jernih dan selalu basah.



10. Leher. Jangan terlalu panjang dan terlalu pendek, kecuali jenis tertentu seperti pelung.



11. Dada. Bentuk dada agak montok ke depan, lebar dan kuat. Leher dan dada harus merupakan satu kesatuan yang kokoh. Tembolok terisi penuh, regang, tapi tidak terlalu keras.



12. Badan dan tubuh bagian belakang. Badan agak panjang, lebar dan dalam. Hal ini menandakan bahwa alat-alat tubuhnya berada pada posisi yang tepat dan seharusnya. Tubuh bagian belakang harus penuh dan dalam. Tubuh belakang ayam yang terbesar terletak terletak di belakang garis melintang antara kedua kaki ayam. Punggung panjang, lebar, dan lurus. Punggung datar, tidak melengkung.



13. Perut penelur. Perut penelur terletak dia natara di belakang garis melintang antara kedua kaki, dengan jarak anatara kedua kaki cukup lebar. Jarak antara ujung tulang dada dan tulang kelangkang sekitar 3 – 4 jari orang dewasa. Perut penelur ini kalau diraba terasa halus dan lunak seperti beludru, bentuknya bulat cembung.



14. Sayap. Sayap harus normal dan kuat. Tidak boleh tergantung atau terkulai lemah, harus menghimpit tepat pada badan.



15. Dubur. Dubur ayam yang sehat bentuknya lebar, bulat dan basah. Kulit di sekitar dubur tidak berkerut atau berwarna kuning tua, tetapi keputih-putihan dan tidak kotor oleh tahi ayam yang mengering. Bulu di sekitar dubur kering dan bersih.



16. Kaki. Kaki harus kuat dan kokoh. Tidak terlalu besar atau kecil. Jari-jarinya menghampar, dengan bentuk kuku tidak terlalu panjang atau bengkok. Taji tidak panjang tetapi kuat. Sisik kaki menghimpit rata, tersusun teratur, dan keadaannya licin mengkilap. Warna sesuai dengan jenis ayam bersangkutan.



17. Ekor. Ekor terbangun sesuai dengan jenis ayamnya. Bulu pangkal sampai ujungnya tidak cacat.



3. Perkandangan

Dalam masalah perkandangan ayam kampung ada beberapa batasan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk anak ayam dalam indukan setiap meter persegi cukup 30 ekor.



2. Untuk ayam remaja sebelum memasuki masa bertelur, per meter persegi cukup untuk 14 – 16 ekor, bisa dikurangi sesuai dengan peningkatan umur dan ukuran tubuh.



3. Untuk ayam yang siap dan telah memasuki masa bertelur adalah 6 ekor per meter persegi. Berdasarkan sistem lantainya, maka kandang ayam kampung dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kandang sistem lantai liter dan kandang dengan lantai cage.

Kandang lantai liter adalah kadang yang lantainya dilapisi dengan liter berupa serbuk gergaji atau sekam padi setebal sekitar 6 cm. Sistem ini sebenarnya cocok untuk ayam kampung bibit. Sedangkan sistem lantai cage adalah dengan adanya jarak antara tanah/lantai dengan dasar kandang. Model ini cocok untuk petelur.

Pada sistem kedua ini, disebut juga dengan sistem batery, cage dibuat miring ke depan sehingga bila ayam bertelur maka telurnya segera menggelinding ke arah depan yang telah disiapkan tempat penampung telur sehingga petugas dapat dengan mudah mengumpulkan telurnya.



4. Pakan dan Nutrisi

Pemberian pakan merupakan bagian penting dalam usaha peternakan ayam kampung petelur. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan untuk produksi telur. Untuk itu secara nutrisi harus memenuhi semua yang dibutuhkan.



Paling tidak ada 6 kelompok nutrisi yang harus terpenuhi di dalam pakan ayam. Keenam kelompok nutrisi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Air

Biasanya ayam mengkonsumsi air sebanyak 2 – 2,5 gram air untuk setiap pakan yang dikonsumsi selama masa awal dan pertumbuhan. Pada masa bertelur (petelur), ayam meminum sebanyak 1,5 – 2 gram air untuk setiap gram pakan yang dikonsumsi. Karena rata-rata ransum ayam yang diberikan mengandung tidak lebih dari 10% air maka penyediaan air minum yang bersih mutlak diberikan secara ad libitum.



2. Protein

Protein merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan bagi ayam kampung petelur. Rata-rata kebutuhan protein untuk petelur adalah berkisar antara 16 – 17%. Selain secara kuantitatif, protein pakan juga harus mengandung asam amino yang lengkap, terutama asam amino esensial, yaitu yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh ayam.



3. Karbohidrat

Fungsi utama karbohidrat dalam pakan ayam adalah sebagai sumber energy. Biji-bijian sereal dan turunannya merupakan sumber karbohidrat yang baik.



4. Lemak

Ayam petelur memerlukan asam lemak esensial seperti asam linoleat. Selain itu lemak juga menyumbangkan energy bagi ternak. Pada umumya bahan pakan seperti dedak mengandung 2,5% lemak.



5. Mineral

Mineral penting bagi ayam petelur terutama adalah kalsium (Ca), Fosfor (P), Natrium (Na), Magnesium (Mg) dan lain-lain. Mineral-mineral tersebut penting karena terkait dengan pembentukan telur.



6. Vitamin

Vitamin pada umumnya berperan sebagai ko-enzim dan regulator metabolism. Pakan yang defisiensi vitamin akan menurunkan produktivitas telur.



Jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe berdasarkan periode umur ayam, yaitu:

1. Pakan starter, yaitu pakan yang diberikan untuk DOC hingga berumur 8 minggu dan dalam bentuk remahan (mash).



2. Pakan grower, yaitru diberikan kepada ayam berumur 8 – 20 minggu atau hingga mulai bertelur.



3. Pakan layer, yaitu diberikan untuk ayam periode bertelur.



5. Manajemen Pemeliharaan Ayam Kampung

Dalam usaha peternakan ayam kampong dengan tujuan untuk menghasilkan telur, yang penting diperhatikan adalah perihal manajemen.

Manajemen ini meliputi pemberian pakan dan minum, kebersihan dan kesehatan kandang, pemanenan dan pemasaran. Manajemen pakan dan minum harus memperhatikan pula kebutuhan nutrisi ayam petelur.

Air dan pakan yang diberikan secara ad libitum agar terjamin kebutuhan nutrisinya. Kecukupan akan pakan menghidarkan ayam dari stress dan terjaganya produksi telurnya. Kebersihan dan kesehatan kandang akan membawa ayam pada kondisi nyaman sehingga menhindari stress.

Kandang dan lingkungannya yang bersih juga menghidari adanya kontaminasi mikroba, serangan hama dan penyakit ternak. Pemanenan telur yang dihasilkan harus segera untuk menghindari telur kotor akibat tercampur feses atau sisa-sisa pakan pada kandang. Hal ini untuk menjamin mutu telur yang dihasilkan. Namun demikian, pemanenan tidak juga harus terlalu sering karena dapat menyebabkan ayam stress.(Galeriukm).



Sumber: http://uripsantoso.wordpress.com/2009/08/18/beternak-ayam-kampung-petelur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar