Rabu, 21 September 2011

budidaya ikan belida


Ikan belida merupakan salah satu jenis ikan perairan umum yang bernilai ekonomis. Selain dikonsumsi langsung, ikan ini juga digunakan sebagai bahan baku kerupuk dan amplang. Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah ikan belida disebut ikan pipih. Di Sumatera ikan ini disebut ikan belido dan digunakan sebagai bahan baku empek-empek.
Belida termasuk famili Notopteridae, genus Chitala/Notopterus dengan species Chitala lopis. Belida mudah dikenal dengan melihat sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat dibelakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar. Tampilannya yang unik membuat sebagian orang tertarik untuk memelihara ikan belida di akuarium sebagai ikan hias. Belida bisa dijumpai di Kalimantan, Sumatera, Jawa, Malaysia, dan Thailand.

Upaya Budidaya
Pada 2004, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin, Kalsel mulai mengkoleksi induk belida dari perairan Waduk Riam Kanan (Kab. Banjar). Induk ikan belida yang berhasil dipelihara sebanyak 45 ekor induk betina dengan kisaran bobot 2-5 kg dan 82 ekor induk jantan dengan kisaran bobot 1,5 - 5,5 kg. Selanjutnya dilakukan domestikasi yaitu pemijahan ikan belida di kolam.
Untuk usaha budidaya belida memerlukan induk yang berkualitas. Ciri-cirinya antara lain alat kelamin berbentuk bulat pada induk betina, sirip perut relatif pendek dan tidak menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih besar. Selain itu, ketika matang gonad, bagian perut membesar dan kelamin memerah, dengan ukuran berat antara 2-7 kg. Sedangkan induk jantan mempunyai alat kelamin tipis dan berbentuk tabung, sirip perut relatif lebih panjang dan menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih kecil, pada saat siap pijah, alat kelamin memerah dan bila diurut keluar cairan putih keruh, dengan ukuran berat antara 1,5-5 kg.
Induk ikan belida bisa dipelihara dalam kolam air tenang atau mengalir dengan luasan sekitar 400 m2 atau tergantung jumlah induk yang ditebar (2m2/pasang) dengan kedalaman air 0,7-1m. Untuk kisaran kualitas air, pH pada 7,2-8,2, oksigen terlarut pada 5,2-6,6 ppm, dan NH3 pada kisaran 0,01-0,11 ppm.
Dalam proses pematangan gonad, induk ikan belida diberi pakan berupa udang segar dengan dosis 7-5% per hari, pakan tersebut diberikan dua kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Jumlah pakan sebaiknya lebih banyak diberikan pada sore hari. Sebab, belida sangat respon terhadap pakan yang diberikan menjelang malam hari.
Pada pemijahan belida di kolam, substrat untuk meletakkan telur bisa disediakan berupa batang bambu atau kayu yang ditancapkan di dalam kolam atau berupa papan yang dipasang vertikal.

Rekayasa BBAT Mandiangin
Hasi penelitian di BBAT Mandiangin, substrat berupa papan dengan lebar 50 cm dan tinggi 40 cm cukup baik untuk penempelan telur ikan belida secara merata sehingga persentase telur yang dibuahi dan potensi untuk berkembang atau menetas lebih besar.
Untuk kegiatan pengkajian teknologi pembenihan ikan belida, luasan kolam yang digunakan 400 m2, jumlah induk belida sebanyak 127 ekor serta 25 unit substrat papan ulin sebagai tempat penempelan telur. Papan tersebut diberi tali sehingga dapat diangkat untuk pengontrolan apakah sudah ada telur yang menempel. Pengontrolan dilakukan 2-3 hari sekali. Bila papan tersebut sudah ditempeli telur, kemudian diangkat dan dibersihkan dari kotoran, selanjutnya dimasukkan dalam akuarium. Untuk pencegahan jamur, media inkubasi telur diberi methylen blue (MB) 1-3 ppm.
Musim pemijahan ikan belida dari Agustus sampai Maret atau musim penghujan. Berdasarkan data 47 kali pemijahan selama tahun 2005, jumlah telur satu substrak berkisar 102-586 butir telur dengan rerata 288 butir telur/induk. Derajat pembuahan berkisar 30-100 % dengan rerata 65 %. Derajat penetasan 72,2 % dan sintasan (SR) larva adalah 64,2 %. Larva menetas sekitar 72-120 jam pada suhu air 29-30 ?C.

Pemeliharaan Larva dan Pendederan
Pemeliharaan larva belida dilakukan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 45 cm, dengan ketinggian air sekitar 30 cm. Di dasar akuarium dipasang beberapa potong paralon ukuran 1 inchi yang berfungsi sebagai shelter karena sifatnya kanibal. Setelah 72 jam dari menetas, larva diberi pakan alami berupa artemia secukupnya.
Pendederan pertama dilakukan di akuarium selama sekitar satu bulan dari penetasan. Yaitu saat benih sudah mencapai ukuran 3-5 cm. Ukuran tersebut sudah relatif aman hidup di kolam.
Wadah kolam diberi pupuk organik sehingga benih ikan belida bisa memperoleh makanan alami yang tersedia di kolam. Pakan hidup berupa udang kecil atau larva ikan sangat disukai oleh ikan belida.
Setelah benih ikan belida berumur 30 hari, benih selanjutnya didederkan di kolam selama ?30 hari. Kolam yang digunakan berukuran 200 m2 , dengan kepadatan 10 ? 15 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa udang segar berukuran kecil sebanyak 5 ? 10 % per hari. Selama 30 hari pertama pendederan benih sebanyak 3.547 ekor dengan kisaran berat 0,39-0,75 gr dan ukuran panjang 3-5 cm, dihasilkan benih belida sebanyak 1.993 ekor ( SR 56,3 %) dengan ukuran panjang 15-17 cm ( rerata 15,5 cm) dan kisaran berat 10-12 gr (rerata 11,63 gr per ekor). Selanjutnya benih belida dapat dibesarkan di kolam dan di karamba dengan pemberian pakan ikan rucah.Ciri-ciri
Berukuran sedang, panjang maksimum 100 cm dan berat rata-rata 0,5-1 kg, di alam asli bisa mencapai 2 - 4 Kg. Bentuk badannya pipih dengan kepala yang berukuran kecil dan di bagian tengkuknya terlihat bungkuk. Rahang atas letaknya jauh di belakang mata. Badan tertutup oleh sisik yang berukuran kecil. Sisik di bagian punggungnya berwarna kelabu sedangkan di bagian perutnya putih keperakan. Pada bagian sisinya terdapat lingkaran putih seperti bola-bola hitam yang masing-masing dikelilingi lingkaran putih. Dengan bertambahnya umur hiasan tubuh ikan belida akan hilang dengan sendirinya dan diganti oleh garis-garis kehitaman, sistem reproduksi ikan ini dengan bertelur. Merupakan ikan air tawar yang bersifat predator atau pemangsa dan nokturnal (aktif pada malam hari). Pada siang hari biasanya bersembunyi diantara vegetasi. Makanannya berupa anak-anak ikan dan udang. Tak jarang mangsanya berukuran lebih besar. Ikan belida jantan bertugas membuat sarang yang dibuatnya dari ranting dan daun, juga menjaga telur dan anak-anaknya. Ikan belida dapat menghirup udara dari atmosfir. Ikan karnivora ini hidup di kedalaman 2-3 meter di tempat-tempat gelap. Saat air sungai meluap, mereka naik ke rawa-rawa untuk kawin dan melepas telurnya di sana.


Taksonomi: Isospondyli, Suku Notopterridae

Habitat: Sungai-sungai besar dan daerah yang sering tergenang banjir. Di daerah dataran rendah tidak lebih dari 30 m dpl.

Penyebaran: Sumatera, Jawa dan Kalimantan

Populasi: Langka !!!

Upaya Konservasi:
Kolam, Aquarium dan Keramba.

Di mana Mancingnya
Di anak-anak sungai besar, bekas galian pasir, danau, rawa banjir.

Kapan Mancingnya
Malam, ikan ini Nokturnal (aktif di malam hari)

Metode Mancing Efektif
Mancing glosor/dasar dengan umpan udang hidup/anak ikan/katak

Peralatan
peralatan standar ringan, kelas 1 kg.Karakteristik
Tipikal penyambar dan ketika hooked up, langsung ngaciiiir ke akar bahar di dalam air untuk memutuskan kenur. jadi harus diantisipasi dengan cepat agar kenur gak nyangkut.

Regulasi
Tidak dilindungi undang-undang ...sigh

Bisa Dimakan ?
Bisa sih, tapi kalau ada ikan konsumsi lain sebaiknya ikan ini di lepas (Release) saja deh, mengingat populasinya yang semakin langka apalagi dengan semakin menjamurnya Toko Pempek. Berkurangnya populasi ikan sungai asli Palembang , salah satunya ikan belido membuat semua pihak prihatin. Sebabnya, ikan belido ini merupakan ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat kota Palembang . apalagi, ikan Belido ini merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat makanan tradisional khas Palembang yakni Pempek.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Sri Dewi Titisari, mengatakan, untuk mecegah terjadinya kelangkaan terhadap ikan belido tersebut, pihaknya akan berupaya melakukan penangkaran dan budidaya ikan belida tesebut. “Produksi ikan secara keseluruhan meningkat terus, tetapi untuk ikan-ikan tertentu jumlahnya semakin menurun,” ujarnya.

Penangkaran dan budidaya ikan belida tersebut, menurut Sri, bertujuan untuk mencegah terjadinya kelangkaan terhadap ikan belida yang pupulasinya di alam semakin berkurang. ”Budidaya ikan belida langkah ini dilakukan juga untuk mengatasi berkurangnya tangkapan ikan belida sejak tahun lalu di Sumsel,” katanya.

Oleh karena itu, dikatakan Sri, pihaknya bekerjasama dengan badan penelitian untuk menjaga kestabilan ikan yang ada, agar tidak mengalami kelangkaan. ”Kita akan bekerjasama dengan badan penelitian, jika nanti ditemukan teknologi yang tepat untuk melakukan budidaya ikan tersebut. Maka, akan kita salurkan keseluruh peternak ikan yang ada di Sumsel,” ungkapnya.

Namun, diakui Sri, untuk melakukan budidaya ikan ini tidaklah muda. Hal ini dikarenakan ikan tersebut hidup di daerah perairan terbuka. ”Tidak bisa kita targetkan peningkatan populasi ikan tersebut. Hal ini dikarenakan kita masih tergantung dari penangkapan ikan di lapangan,” ucapanya.

Dinyatakan juga oleh Sri, bahwa Provinsi Sumsel ini masih minim tenaga teknis untuk melakukan budidaya ikan belida. Namun, pihaknya akan terus berusaha untuk meningkatkan populasi ikan tersebut. ”Meskipun sulit, pihak kita akan terus berupaya agar budidaya ikan ini dapat dilaksanakan. Sehingga jumlah ikan belida tyang ada saat ini tidak berkurang, bahkan kita harapkan dapat bertambahn nantinya,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar