Sulang-Meski Rembang terkenal sebagai daerah yang sering dilanda kekeringan, ternyata jenis tanaman tembakau cocok juga untuk dibudidayakan. Saat ini senyum puas menghiasi bibir petani di Desa Pragu Kecamatan Sulang yang menanam tembakau, pundi uang bertambah tebal berkat jerih payahnya menuai hasil seperti yang diharapkan.
Kesibukan di lahan pertanian Desa Pragu selama 3 bulan terakhir berbeda dengan biasanya, Kali ini mereka tak memanen padi atau palawija, melainkan tembakau yang sebelumnya dicap tidak bisa dibudidayakan di daerah kering seperti Kabupaten Rembang.
Rukun, ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) Barokah desa setempat disela panen ke empat menjelaskan, lahan pertanian yang ditanami tembakau sifatnya demplot atau uji coba. Lahan seluas 3 hektar milik 10 orang anggota Gapoktan Barokah termasuk dirinya, disewa oleh PT Reksadana, anak perusahaan salah satu manufaktur rokok, untuk budidaya tanaman tembakau. Bibit disediakan secara cuma-cuma namun biaya tanam dan perawatan ditanggung petani.
Untuk metode tanam dan perawatan mengikuti anjuran tim ahli yang dikirim oleh PT Reksadana dan PPL dari BPP setempat. Per hektar dikembangkan 16 ribu batang bibit tembakau. Pertumbuhan tanaman sedikitpun tidak menemui kendala, sehingga bisa sukses dipanen.
Menurut Rukun, usia tanam sampai dengan panen tanaman tembakau tergolong relatif singkat, dalam kisaran waktu 70 hari. Tiap petik saat masa panen, dari lahan 1 hektar menghasilkan rata-rata 1 ton, maksimal bisa dipanen hingga 5 kali dengan rentang waktu tiap petik 15 hari.
Rukun menambahkan, biaya tanam dan perawatan per hektar mencapai Rp 8 juta, sedangkan saat panen dibeli oleh PT Reksadana seharga Rp 37 juta per ton. Pendapatan dari membudidayakan tanaman tembakau ternyata sangat menggiurkan, kurang lebih 20 kali lipat dibandingkan menanam padi atau palawija. Anggota gapoktan Barokah akhirnya memutuskan kembali menanam tembakau usai masa panen berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar