Jumat, 09 September 2011

Pengaruh Cara Penanaman Terhadap Keberhasilan Stek Batang bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne), Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundiancea (Steud) Widjaja) dan Bambu Temen (Gigantochloa atte (Hassk.) Kurz).


Oleh:
Jhon Norman

Pembudidayaan secara vegetatif sampai saat ini masih dirasakan kurang memadai dalam menghasilkan jumlah bibit. Bambu betung, andong dan temen mempunyai potensi yang lebih tinggi untuk dikembangkan dengan menggunakan stek batang pada umur sekitar satu tahun.
Percobaan ini dilakukan di kebun Percobaan Cikarawang Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Oktober 1994 sampai Febuari 1995. Tujuan percobaan ini untuk mengetahui pengaruh cara penanaman terhadap keberhasilan Setek batang bambu betung, andong dan temen.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu: a) cara penanaman yang terdiri atas tegak (R1) dan rebah (R2); b)Jenis setek terdiri atas bambu betung (V1), Bambu andong (V2) dan bambu temen (V3). Terdapat 6 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan dilakukan 4 kali pengulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri atas 25 stek.
Setek batang bambu betung dan andong lebih baik ditanam secara rebah sedangkan stek batang bambu lebih baik ditanam secara tegak.
Pada cara penanaman tegak, stek terbaik bertunas dan berakar yaitu Setek batang bambu betung (27%) kemudian diikuti oleh bambu andong dan temen dengan nilai yang sama (19%).
Pada cara penanaman rebah, setek terbaik yaitu setek batang bambu betung (31%) kemudian diikuti oleh bambu andong (24%) dan bambu temen (12%).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar