Peluang Usaha
PELUANG USAHA
Selasa, 20 September 2011 | 14:11 oleh Avanty Nurdiana
PELUANG BISNIS TENDA PROMOSI
Menegakkan laba dari bisnis tenda promosi
Media promosi sangat beragam. Salah satu yang banyak digunakan adalah tenda promosi. Itulah sebab permintaan atas produk ini cukup bagus. Proses produksi tenda yang cukup mudah menjadikan usaha ini menarik untuk dilirik. Pesanan yang meningkat menjelang lebaran tak hanya dinikmati oleh para pengusaha makanan. Produsen tenda juga ikut kebanjiran pesanan musiman ini. Permintaan produk tenda lebih banyak berupa tenda promosi dengan desain gambar, logo, dan warna tertentu sesuai pesanan.
Permintaan tenda promosi lebih banyak berasal dari perusahaan, seperti perusahaan telekomunikasi, dealer sepeda motor, atau perusahaan makanan dan minuman. Mereka bersemangat mengorder tenda jenis ini. “Biasanya mereka membuat tenda untuk posko mudik,” ujar Anton Drihendratno pemilik CV Sumber Cahaya Baru
di Yogyakarta.
Meski begitu, sebenarnya permintaan tenda promosi ini tak cuma bersifat musiman. Pada hari-hari biasa, perusahaan memanfaatkan tenda ini untuk mempromosikan produk, baik di halaman mal, lapangan terbuka, atau di depan ruko. Saban akhir pekan aktivitas ini meningkat. “Karena itu saat hari besar dan perayaan, biasanya banyak pesanan tenda promosi,” tambah Anton.
Rambang Basuri, pemilik PT Anggara Inter Design di Senen Jakarta Pusat berujar senada. Ia mengalami sendiri setiap menjelang ulang tahun kota Jakarta, permintaan tenda promosi ke perusahaannya meningkat. Selama ini ia memang hanya memproduksi tenda promosi.
Pendapatan yang mampu diraup para produsen tenda ini terbilang cukup besar. Rambang mengaku, menjelang lebaran lalu ia bisa harus memenuhi pesanan 50 unit tenda. Jumlah itu itu lebih tinggi dari bulan-bulan biasa yang rata-rata hanya sekitar 30 unit.
Anton juga menceritakan pengalaman serupa. Selama sebulan menjelang lebaran, permintaan tenda yang masuk bisa mencapai 30 unit. Jumlah ini naik dari bulan biasa yang hanya sebanyak 20 unit. “Selalu ada permintaan walau tidak banyak,” tutur dia.
Rudi Karyadi, pemilik Cyber Mediaku di Kebonjeruk, Jakarta Barat, setepuk dua tangan. Selama lebaran tahun ini, permintaan tenda promosi ke tempatnya bisa lebih dari 100 unit. “Di bulan biasa, tidak sampai 100 unit,” ujar dia.
Harga jual tenda promosi beragam, tergantung model dan bahan. Rambang, misalnya, menjual tenda promosi seharga Rp 2,5 juta - Rp 9 juta. “Harga tenda yang berbentuk payung berkisar Rp 2,5 juta sampai Rp 9 juta,” jelas dia. Sedangkan bentuk lain seperti kerucut dan bentuk gazebo dia jual dalam rentang harga Rp 3,5 juta - Rp 9 juta, tergantung ukuran.
Anton juga menjual tenda mulai Rp 3,7 juta - Rp 30 juta per unit. Bahkan, ada juga yang harganya sampai Rp 2 miliar. “Ukurannya besar sekali,” tutur dia. Tapi, jenis tenda promosi yang sering dipesan adalah berbentuk kerucut.
Rudi mengaku, dengan penjualan hampir 100 unit per bulan, rata-rata omzet yang mampu dikantongi bisa mencapai
Rp 250 juta. “Rata-rata harga jual tenda Rp 2,5 juta,” tutur dia. Dalam sebulan, Rambang tidak selalu mendapatkan permintaan besar. Meski begitu, ia masih bisa mengantongi Rp 35 juta - Rp 50 juta. Selama tahun 2010, total omzetnya Rp 480 juta.
Hasil yang cukup besar dari usaha ini juga dirasakan oleh Anton. Omzetnya dalam sebulan bisa Rp 60 juta - Rp 80 juta. Ia mengaku, margin bersih dari usaha ini sebesar 10%-15%. “Saya memang mengambil untung kecil karena harga bahannya mahal,” dalihnya. Rambang yang berada di Jakarta bisa mengambil margin lebih bagus. “Margin bersih saya sekitar 20%-30%,” ujarnya. Angka serupa, sekitar 20%, juga biasa disisir oleh Rudi.
Modal awal
Hasil yang cukup menggiurkan dari usaha ini tentu cukup menarik. Apalagi, para pengusaha tenda bilang, cukup mudah untuk memulai bisnis ini. Selain proses pembuatannya mudah, modal yang dibutuhkan juga relatif kecil.
Jika Anda ingin memulai bisnis ini, banyak pilihan dari sisi modal awal. Para pengusaha tenda besar biasanya berani keluar modal besar di awal produksi. Sebab, mereka harus membeli mesin jahit, mesin pres, dan alat las listrik untuk membuat tiang tenda.
Rudi, misalnya, mengaku membutuhkan modal awal sekitar Rp 50 juta. Sebagian besar digunakan untuk belanja bahan baku. Hanya sekitar Rp 10 juta dipakai untuk belanja peralatan seperti mesin jahit dan alat las. Rambang juga mengaku hanya membutuhkan peralatan mesin jahit dan mesin las untuk memulai bisnis ini.
Tapi, jika tidak ingin keluar modal terlalu besar di awal, Anda bisa mengikuti jejak Anton. Ia mengaku tidak membeli peralatan di awal usaha. Ia memilih memanfaatkan jasa pihak ketiga untuk menggarap bagian per bagian. “Pekerjaan menjahit, pres, dan las saya masukkan ke tukang yang memang ahli di bidang ini,” katanya.
Karena itu Anton tidak mengeluarkan modal cukup besar saat memulai bisnis ini. Modal paling utama hanyalah tempat usaha yang dipakai untuk menjalankan bisnis ini. Di situ ia menerima pesanan dan ruang untuk penyimpanan barang. Semua proses pengerjaan diserahkan ke orang lain. Ia hanya memberikan konsep dan ukuran, serta terima jadi.
Menurut Anton, jika harus menyediakan semua peralatan sendiri, biaya cukup mahal. Dalam hitungannya, selain membeli mesin jahit dan las, peralatan yang paling mahal adalah mesin pres. Harga satu unit mesin itu sekitar Rp 60 juta. Sedangkan harga mesin jahit hanya sekitar Rp 2,5 juta, dan mesin las sekitar Rp 3 juta.
Meski dengan modal maksimal maupun minimal, para pengusaha tenda promosi ini mengaku tidak membutuhkan waktu lama untuk balik modal. “Saya hanya butuh waktu sekitar enam sampai tujuh bulan untuk balik modal,” ujar Rambang yang membeli peralatan mesin jahit dan las.
Dengan modal peralatan serupa, Anton yang menjual produk di daerah hanya butuh waktu empat hingga lima bulan untuk balik modal. Bandingkan juga dengan Rudi. Dengan modal cekak, ia butuh waktu enam bulan untuk balik modal.
Jika semua peralatan sudah siap, tahap berikutnya adalah memulai proses produksi. Menurut Anton, cara membuat tenda ini cukup mudah. Pertama, mencetak logo atau gambar yang diinginkan oleh pemesan di atas kain terpal atau terpaoline (bahan untuk tenda). Tahap kedua adalah menggambar pola sesuai dengan bentuk tenda pesanan. Setelah itu, bahan yang sudah berpola tersebut dipotong. Tahap ketiga adalah menjahit bahan tersebut.
Setelah tenda sudah jadi, tahap berikutnya adalah membuat rangka besi untuk penopang tenda. Rangka las-lasan itu dibuat sesuai dengan bentuk tenda. Tiap tepi dari kain terpal atau terpaoline ada tali atau dijahit untuk pengingat rangka besi. Tahap terakhir yang tak kalah penting adalah mengecek kembali ketepatan ukuran rangka dan bahan tenda.
Tak butuh keahlian
Lantaran banyak pekerjaan kecil yang menentukan, jika menggarap bisnis ini, Anda jangan segan memanfaatkan jasa pihak lain. Misalnya, mencetak logo atau gambar biasanya dikerjakan ke jasa cetak digital (digital printing), tidak perlu menyediakan peralatan mesin cetak. Jika pesanan tenda membutuhkan keterampilan jahitan khusus, Anda juga perlu mencari penjahit yang ahli agar hasilnya lebih bagus. Dengan begitu, risiko Anda juga lebih kecil.
Anton mengaku hanya mengerjakan pemotongan bahan terpal. Proses menjahit mencetak gambar, pres, dan las diserahkan kepada orang lain. “Saya sudah punya sudah ukuran standar tenda. Tukang jahit dan pres sudah tahu,” papar dia.
Karena itu Rambang meyakinkan, usaha pembuatan tenda promosi ini tidak membutuhkan keahlian khusus. “Pekerjaan yang dilakukan hanya menjahit, memotong, dan mengelas,” kata dia. Untuk menjahit pun sudah ada polanya. Jadi, Anda tinggal mengikuti.
Karena itu sebagian pengusaha tenda promosi tidak mempekerjakan karyawan tetap. Biasanya, mereka mengambil pekerja serabutan (freelance). Sistem pembayarannya borongan. Ketika pesanan banyak, Rambang bisa merekrut pekerja cukup banyak. “Saat banyak pekerjaan, pekerja saya bisa sekitar 10 orang - 20 orang,” kata dia. Tapi, saat pesanan sedang sedikit, jumlahnya bisa kurang dari itu.
Meski tidak perlu banyak pekerja, satu hal yang harus diperhatikan adalah menjaga standar kualitas tenda secara maksimal. Jangan sampai ada kesalahan dalam proses produksi, entah menjahit atau mencetak logo. Sebab, jika spesifikasi berbeda dari pesanan, Anda berisiko menanggung rugi lantaran harus membuat lagi dari awal atau sama sekali tidak dibayar pemesan.
Hal yang tak kalah penting adalah urusan administrasi dan keuangan. Biasanya, soal ini dikerjakan sendiri oleh pengusaha. Selain itu, faktor tak kalah penting adalah strategi pemasaran yang tepat. Lantaran target pasarnya adalah perusahaan, Anda juga harus tak segan menawarkan proposal dengan pelbagai kelebihan. Misalnya, diskon atau komisi dan ketepatan waktu pengerjaan.
Anton mengingatkan, untuk menghindari risiko kerugian lantaran hasil tenda berbeda dari pesanan, Anda harus jeli mengenal dan memilih bahan baku, terutama kain terpal. “Jika tidak jeli, bahan gampang rusak,” ujar dia. Biasanya, bahan terpal dari Jerman bisa bertahan lama. Tapi, bahan dari Korea biasa hanya bertahan tiga sampai empat bulan.
Pelbagai bahan baku terpal tersebut gampang diperoleh di pasar. Di Jakarta saja, cukup banyak pilihan tempat belanja: seperti di kawasan Pluit dan Mangga Dua. Untuk mendapatkan bahan berkualitas, Anton yang membuka usaha di Yogyakarta sampai belanja di Jakarta. Biasanya bahan baku yang diinginkan oleh pelanggannya bukan jenis kain terpal biasa seperti yang biasa digunakan untuk tenda di pinggir jalan.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/77840/Menegakkan-laba-dari-bisnis-tenda-promosi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar