Rabu, 14 September 2011

SOCIAL ENTREPRENEUR AISAH DAHLAN

Peluang Usaha

INSPIRASI

 
Rabu, 14 September 2011 | 15:47  oleh Handoyo
SOCIAL ENTREPRENEUR AISAH DAHLAN
Aisah Dahlan membuka usaha dan membantu penyembuhan pecandu narkoba
 
Di tengah cibiran dan ketidakpercayaan terhadap para mantan pecandu narkoba, Aisah Dahlan bersikap sebaliknya. Dia menepis anggapan buruk itu dengan membuktikan mantan pecandu pun bisa diajak berkarya. Aisah pun membangun komunitas untuk mantan pecandu ini dengan membekali mereka dengan beragam keahlian dan kewirausahaan.

Siapa bilang masa depan para mantan pecandu narkoba dan mantan pengguna obat-obatan terlarang telah tertutup? Sejatinya, para penyandang status pengguna atau mantan pengguna ini adalah manusia biasa yang butuh berkarya. Mereka butuh dipercaya orang lain sebagai manusia yang berguna.

Adalah Aisah Dahlan, seorang dokter di Rumah Sakit Bhayangkara, salah satu sosok di negeri ini yang meyakini mantan pecandu itu bisa berkarya dan bisa mandiri untuk membangun kembali masa depan mereka. Dengan keyakinan itu pula, Aisah membentuk komunitas Sahabat Rekan Sebaya (SRS) di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. "Harus ada wadah bagi para mantan pengguna narkoba untuk membimbing," ujar Aisah.

Sebagai dokter, Aisah memang punya pengalaman mendalam dengan para pecandu dan mantan pecandu narkoba ini. Bahkan, seorang kerabatnya pun pernah kecanduan. Menjadi masalah bagi mereka, di negeri ini masih susah mencari tempat rehabilitasi bagi para pecandu narkoba ini. "Dari pengalaman itu, saya tergerak membentuk yayasan guna membantu para pecandu ini," ujar Aisah.

Menurut dia, meskipun pecandu bisa disembuhkan, mereka masih sangat berpotensi kembali menjadi pengguna. Nah, biasanya, yang kembali menjadi pecandu ini adalah mereka yang mengalami depresi akibat merasa bersalah atas penggunaan narkoba atau karena dikucilkan oleh lingkungan. Dari situ Aisah merasakan kesulitan yang dialami para pecandu narkoba ini.

Aisah sendiri mulai bergelut dengan dunia pecandu narkoba itu ketika masih bertugas di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Timur. Di rumah sakit itu Aisah ditugaskan menangani unit khusus penanggulangan narkoba. Dari sana Aisah mulai bergaul dengan para pecandu. Dari pergaulan itu pula Aisah mencoba memahami bagaimana para pecandu begitu tersiksa untuk melawan ketagihan narkoba.

Sesuai dengan profesinya sebagai dokter, Aisah sudah mempunyai standar untuk penanganan pasien pecandu ini. "Ada tiga tahap yang harus dilalui para pecandu, yaitu detoksifikasi, rehabilitasi, dan fase after care," jelas Aisah.

Nah, pada suatu ketika saat menjalani detoksifikasi pada seorang pasiennya, Aisah mulai berpikir untuk mendirikan semacam komunitas bagi para pecandu ini. Dengan membentuk komunitas tentu akan mengurangi beban penderitaan para pengguna ini. Selain itu Aisah menyadari, para pecandu atau mantan pecandu yang pada umumnya berusia produktif kesulitan menafkahi diri mereka sendiri.

Masih menurut Aisah, para mantan pecandu kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. "Sampai sekarang pun para pecandu narkoba, masih kesulitan untuk bekerja secara formal," terang Aisah.

Aisah berpikir, komunitas yang dia bentuk itu tak cuma berisi prosesi penyembuhan para pecandu, namun juga perlu diisi dengan pengetahuan dan pelatihan tentang kewirausahaan.

Kini di komunitas ini telah terbentuk unit-unit usaha, seperti usaha bisnis multimedia, entertainment, event organizer, laundry, perbengkelan, hingga peternakan kelinci. "Sampai saat ini sudah ada tujuh unit usaha," papar Aisah, yang berencana akan lebih memperluas unit usaha yang ada.

Kini komunitas yang berada di bawah Yayasan Sahabat Rekan Sebaya itu telah beranggotakan sekitar 87 orang. Sekitar 90% dari anggota komunitas itu adalah murni para mantan pecandu narkoba. Sisanya adalah istri para pecandu yang tertarik untuk bergabung dalam unit-unit usaha yang ada dalam komunitas.

Dalam komunitas ini Aisah juga menerapkan manajemen bekerja unik yang berbeda dengan manajemen perusahaan formal. Di sini, anggota komunitas bekerja dengan lebih fleksibel, termasuk dalam mengatur waktu jam kerja. Komunitas tetap memberlakukan jam kerja seperti laiknya seorang karyawan, namun mereka juga boleh absen bila sakitnya kambuh. Maklum, "Rata-rata para mantan pecandu ini memiliki komplikasi beberapa penyakit," kata Aisah.

Meskipun banyak yang menyepelekan pekerjaan para mantan pecandu narkoba ini, siapa yang menyangka dari setiap unit usaha yang dikelola komunitas itu telah menghasilkan fulus yang lumayan.

Menurut Aisah, setiap unit usaha setidaknya sudah bisa menggapai omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Itulah sebabnya, para penghuni komunitas yang juga pekerja di unit-unit usaha itu mendapatkan gaji yang layak. "Kalau standarnya upah minimum regional provinsi DKI yang sebesar Rp 1,2 juta, mereka bisa mendapatkannya, bahkan bisa lebih," terang Aisah, bangga.

Yang jelas, meski sukses membuka unit usaha yang dikelola para pecandu, Aisah tetap tak meninggalkan fungsi utama komunitas, yakni membantu penyembuhan pada pecandu narkoba.

Untuk itu, dia pun membuka peluang bagi para mantan pecandu untuk menjadi peer counselor bagi para pecandu lainnya. Aisah sengaja melibatkan mantan pecandu untuk meringankan beban penderitaan dari temannya yang sedang berjuang memutus ketagihan.

Aisah pun menyatakan, pintu yayasannya selalu terbuka untuk siapa saja yang butuh lepas dari ketergantungan narkoba, tak peduli mereka datang dari keluarga miskin atau keluarga kaya. "Silakan datang saja ke mari. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu," ujar Aisah.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/77400/Aisah-Dahlan-membuka-usaha-dan-membantu-penyembuhan-pecandu-narkoba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar